GIANYAR - Pasraman Griya Ageng Mas Br. Kawan Mas Ubud menyelenggarakan Upacara Yadnya yang dipuput oleh para Sulinggih, yang juga dihadiri oleh Yayasan Bhumi Bali Swari, Rabu (21/06/2023) di Pantai Masceti, desa Medahan, Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar.
Upacara yang dilaksanakan adalah,
1.Upacara Warak Keruron,
Upacara pembersihan bagi orang tua atau roh sang bayi pasca keguguran, menggugurkan atau mekuret.
Baca juga:
Tony Rosyid: Dawuh Mbah Moen
|
2. Upacara Ngelangkir,
Upacara Pitra Yadnya bagi bayi yang meninggal karena keguguran dan bayi yang meninggal sebelum kepus pungsed.
3. Upacara Ngelungah,
Upacara Pitra Yadnya bagi bayi yang meninggal sudah kepus pungsed tapi belum tanggal gigi.
Kegiatan ini dihadiri oleh 46 peserta dari berbagai wilayah, kegiatan yang pesertanya dibatasi ini dikenakan biaya dana punia Rp.400.000.
Menemui Ketua Pasraman Griya Ageng Mas I Nyoman Sumerta menyebutkan bila seorang diri atau keluarga ingin melakukan yadnya semacam ini bisa saja mencapai angka Rp. 3.000.000 lebih.
" Kita tidak bermaksud komersil dengan memungut biaya, tetapi kebutuhan pendanaan yang masih kurang makanya kami membuka dana punia sejumlah itu "
" Kegiatan ini dilaksanakan oleh keluarga baik dari bapak (suami), ibu (istri) dan wanita yang belum menikah "
Ia juga menyebutkan semoga kedepannya bisa melaksanakan kegiatan ini di berbagai wilayah di Bali bagi masyarakat yang membutuhkan.
Kemudian meminta penjelasan kepada Ida Pandita Mpu Nabe Siwa Agni Daksa Nata, yang dikalangan internal akrab disapa Nak Lingsir yang juga merupakan pembina Yayasan Bhumi Bali Swari mengenai upacara ini.
Beliau menyebutkan bahwa upacara ini merupakan upacara Pitra Yadnya (Pengorbanan suci bagi leluhur atau orang yang sudah meninggal) terutama untuk masalah keguguran.
" Banyak masukan dari masyarakat untuk melakukan upacara penyucian terhadap kondisi keguguran atau menggugurkan "
Ia menerangkan juga bila anggota keluarga atau orang yang belum menyucikan dirinya akibat keguguran atau menggugurkan bayi dalam kandungan itu banyak dari masyarakat bercerita mengalami gangguan dalam pekerjaan.
" Mereka sering kacau, sering bertengkar didalam keluarga dan kadang - kadang ada dari mereka merasa diikuti (mahluk tak kasat mata), sampai sulit dari mereka mendapatkan kembali keturunan "
Lalu berlanjut Ketua Yayasan Bhumi Bali Swari I Ketut Trikaya Wijaya Manik menambahkan, memang yayasan Bhumi Bali Swari bergerak fokus dibidang kegiatan bersifat sosial kemanusiaan dan spiritual yang bersifat nirlaba.
" Ada keinginan kami untuk melaksanakan secara gratis tetapi kemampuan finansial belum mampu menangani sepenuhnya, makanya adanya partisipasi dari peserta yang sifatnya juga tidak memberatkan, " ungkap Manik didampingi oleh Jro Mangku Wirawan selaku bendahara. (Ray)